Di era digital ini, perkembangan dunia kerja berkembang dengan cepat. Maka para profesional Human Resources (HR) akan dihadapkan dengan berbagai tantangan baru yang membuat mereka akan beradaptasi dan menumbuhkan pemikiran strategis untuk tetap relevan dan kompetitif. Untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan itu, para profesional HR harus dapat memahami tren yang akan mendominasi di masa mendatang.
Kolaborasi antara Manusia dan Robot dalam Industri 5.0
Masih banyak perusahaan yang masih fokus pada industri 4.0, yaitu sebuah revolusi industri keempat yang membawa otomatisasi, analitik data besar, kecerdesan buatan (Artificial Intelligence / AI), machine learning, robotika, dan Internet of Things (IoT). Namun seiring berjalan nya waktu, mncul revolusi baru yang dikenal sebagai industri 5.0 yang akan membawa perubahan mendasar dalam cara kita melihat dan menjalankan bisnis. Industri 5.0 adalah konsep inovatif yang diperkenalkan oleh Uni Eropa untuk meredefinisi peran industri dalam masyarakat. Industri 5.0 berfokus pada kolaborasi manusia antara robot serta penggunaan sistem kognitif. Peran HR dalam industri 5.0 akan sangat krusial karna HR akan memastikan bahwa karyawan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk berdaptasi dengan perubahan ini. Lalu HR juga terlibat dalam merancang ulang struktur organisasi untuk memaksimalkan kolaborasi antara manusia dan robot. Dengan peningkatan keterampilan teknis serta kecerdasaan emosional antara manusia dan robot dapat memastikan kolaborasi yang harmonis.
Otomatisasi Pekerjaan yang Berdampak pada Tenaga Kerja
Pada tahun 2030 akan diperkirakan sekitar 50% pekerjaan yang akan diotomatisasi sehingga berpotensi mengancam banyak pekerjaan manusia. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi dan dapat juga menimbulkan kekhawatiran dengan pengurangan lapangan kerja bagi manusia. Untuk itu para HR perlu fokus pada reskilling dan upskilling karyawan. Karyawan perlu dibekali keterampilan teknologi yang lebih tinggi, keterampilan kognitif, dan keterampilan sosial dan emosional agar tetap releban di dunia kerja yang semakin otomatis. Selain itu, para HR juga perlu menciptakan langkah langkah yang terbaik untuk membantu karyawan yang pekerjaan nya berisiko terotomatisasi agar dapat beralih ke peran baru yang lebih kompleks dan bernilai tambah tinggi.
Peningkatan Jumlah Freelancer
Diprediksi pada tahun 2030 ada sekitar 51% dari tenaga kerja akan terdiri dari freelancer. para freelancer ini akan mengisi peran-peran yang tidak dapat dipenuhi oleh karyawan penuh waktu atau yang membutuhkan keahlian khusus dalam jangka pendek. Dengan meningkat nya jumlah freelancer, perusahaan harus siap untuk mengelola tenaga kerja yang fleksibel dan dinamis. Para HR harus memastikan kebijakan perusahaan, pembayaran, dan manfaat agar dapart menyesuaikan kebutuhan beragam jenis bekerja.
Pengaruh Teknologi pada Rekrutmen dan Pengelolaan Talenta
Di masa depan, teknologi akan semakin diintegrasikan ke dalam proses HR, mulai dari seleksi kandidat hingga pengembangan karier karyawan. Para HR harus terus mengikuti perkembangan teknologi dan memanfaatkannya untuk meningkatkan efektivitas proses rekrutmen dan pengelolaan talenta. AI dapat digunakan untuk menganalisis data kandidat dan mengidentifikasi kandidat yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Selain itu, AI juga dapat membantu dalam pengembangan program pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu karyawan.
Kebangkitan Peran Konselor dalam Rekrutmen
Di masa depan, para perekrut akan berperan sebagai Konselor Akuisisi Talenta yang akan membantu manajer dalam memecahkan masalah terkait SDM dengan solusi yang kreatif dan efektif. Para HR harus memastikan tim rekrutmen dilatih untuk menjadi mitra strategis dalam akuisisi talenta. Dengan pendekatan yang lebih konsulatif, HR dapat membantu perusahaan menarik dan mempertahankan talenta terbaik dalam pasar kerja yang semakin kompetitif.
Transformasi Peran HR: Dari Manajer ke Mitra Bisnis
Pada masa yang akan datang, peran HR akan semakin fokus pada otomatisasi, arsitektur proses, dan komunikasi dengan bisnis. Para HR akan menjadi mediator dalam negosiasi, penyelesaian konflik di tempat kerja, dan sumber inspirasi bagi karyawan. Para HR juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua dokumen dan proses admnistrasi telah terotomatisasi, mengurangi beban administratif, dan meningkatkan efisiensi.
Fleksibilitas dan Keseimbangan Kerja-Hidup
Karyawan saat ini menginginkan lebih banyak fleksibilitas dalam jadwal kerja mereka, dan perusahaan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan ini berisiko kehilangan talenta terbaik. Para HR diwajibkan menyusun kebijakan yang fleksibilitas tanpa membunuh produktivitas kerja, termasuk menawarkan remote working atau opsi kerja jarak jauh (WFH/WFA), jam kerja yang fleksibel, dan kebijakan cuti yang lebih luas. Tidak lupa dengan kesejahteraan mental dan emosional karyawan juga perlu menjadi fokus utama. Dengan ini dapat menunjukkan perlunya program kesejahteraan di tempat kerja yang lebih komprehensif, seperti dukungan kesehatan mental dan kebijakan anti-stress.
Demikian beberapa tren yang harus diperhatikan dan dipelajari oleh para HR di masa mendatang untuk dapat beradaptasi dan menumbuhkan pemikiran strategis untuk tetap relevan dan kompetitif.